Edukasi Pembuatan Eco Enzyme bagi Ibu-Ibu PKK Negeri Rutong

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNPATTI Edukasi Pembuatan Eco Enzyme bagi Ibu-Ibu PKK Negeri Rutong.

Permasalahan sampah yang menimbulkan pencemaran lingkungan telah terjadi dimana-mana. Dewasa ini, perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya, bagi sebagian masyarakat menjadi kebiasaan sehari-hari. Sepertinya, masyarakat menjadi terbiasa hidup berdampingan dengan sampah. Pada dasarnya, masyarakat mengerti akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah, namun perilaku acuh menyebabkan kurangnya kesadaran menjaga lingkungan sekitar. 

Sampah yang berserakan di jalan, selokan, pesisir pantai, perairan laut dan lainnya menjadi pemandangan sehari-hari yang dapat dilihat. Untuk menjawab tantangan ini, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (PS MSP) FPIK Unpatti dengan kompetensi keilmuan yang difokuskan pada pengelolaan ekosistem pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Negeri Rutong tentang Pembuatan Eco Enzyme. 

Kegiatan PKM ini dilakukan pada Selasa, 3 September 2024 di Negeri Rutong yang ditujukan bagi Ibu-Ibu PKK. Eco Enzyme merupakan proses fermentasi kulit buah/sayuran yang dicampur dengan gula merah dan air dengan perbandingan 1:3:10 untuk gula merah:kulit buah/sayuran:air). Proses tersebut berlangsung selama 3 bulan. “Eco Enzyme merupakan teknologi pengolahan limbah kulit buah/sayuran yang sangat sederhana dan dapat dibuat oleh semua unsur masyarakat khususnya Ibu-Ibu yang lebih sering menghasilkan sampah di dapur” (N. C. Tuhumury, SPi, MSi sebagai pemateri). 

Sampah kulit buah/sayuran merupakan sampah organik. Bagi sebagian orang beranggapan bahwa sampah organik kurang berdampak negatif terhadap lingkungan karena sampah tersebut mudah terurai. Padahal, proses penguraian sampah organik akan menimbulkan bau busuk sehingga dapat menyebabkan penyakit bagi manusia. 

Dalam proses pembuatan Eco Enzyme ini, kulit buah yang digunakan yaitu kulit pisang. Buah pisang dan olahannya seperti pisang goreng, nuget pisang dan lainnya sangat digemari oleh semua masyarakat. Buah pisang juga bukan buah musiman karena dapat berbuah sepanjang tahun. Oleh karena itu, pada kegiatan ini, snack yang dihidangkan bagi para peserta berupa pisang goreng, sehingga sampah kulit pisang yang dihasilkan dapat langsung digunakan untuk membuat Eco Enzyme. “Eco Enzyme dapat dibuat bukan hanya dari kulit pisang saja, tetapi dapat juga dari kulit buah lainnya seperti pepaya, mangga, apel, dan lainnya. Perlu diingat bahwa kulit buah yang digunakan bukan yang berkulit keras seperti kelapa karena sulit terurai selama 3 bulan. Kulit buah yang digunakan juga harus yang dalam kondisi baik, artinya tidak busuk karena akan mempengaruhi larutan Eco Enzyme yang dihasilkan” (N. C. Tuhumury, SPi, MSi). Lebih lanjut dikatakan bahwa Eco Enzyme yang baik beraroma asam segar. 

Sebelum PKM ini dilakukan, Ibu-Ibu PKK Negeri Rutong belum mengetahui tentang Eco Enzyme. Namun setelah materi diberikan, Ibu-Ibu PKK sangat antusias mengetahui serta ingin membuat langsung Eco Enzyme. Hal ini terbukti dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan saat materi diberikan. “Eco Enzyme merupakan cairan serbaguna yang dapat dipakai sehari-hari seperti untuk mencuci perabotan makan, mencuci pakaian, mengepel lantai, antiseptic, menetralisir air limbah, dan juga untuk kesehatan. Kandungan antibakteri pada Eco Enzyme telah terbukti mampu membunuh kuman dan bakteri” (N. C. Tuhumury, SPi, MSi). Lebih lanjut dikatakan bahwa Eco Enzyme bukan untuk pemakaian dalam, artinya tidak untuk diminum, namun hanya untuk pemakaian luar”.

Kegiatan PKM pembuatan Eco Enzyme ini diharapkan dapat terus dilanjutkan oleh Ibu-Ibu PKK bahkan masyarakat Negeri Rutong seluruhnya, sebagai bukti bahwa masyarakat ikut mengendalikan pencemaran lingkungan khususnya pesisir dan laut dari bahaya sampah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eighteen − nine =